Powered By Blogger

Sabtu, 01 Januari 2011


MENCARI ILMU PENGETAHUAN YANG BENAR

Sumber-Sumber Pengetahuan
Ada 2 cara pokok mendapatkan pengetahuan dengan benar: pertama, mendasarkan diri dengan rasio. Kedua, mendasarkan diri dengan pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan rasionalisme, dan pengalaman mengembangkan empirisme. Kaum rasionalis mengembangkan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dari ide yang diangapnya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukan ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sudah ada, jauh sebelum manusia memikirkannya (idelisme).
Di samping rasionalisme dan pengalaman masih ada cara lain yakni intuisi atau wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran, bersifat personal dan tak bisa diramalkan. Sedangkan wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Masalah yang muncul dalam sumber pengetahuan adalah dikotomi atau gap antara sumber ilmu umum dan ilmu agama.


Perkembangan Filsafat Ilmu
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris (pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi). Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas.
 Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal usul alam adalah Thales (624-546 SM) mempertanyakan “Apa sebenarnya asal usul alam semesta ini?” Ia mengatakan asal alam adalah air karena air unsur penting bagi setiap makhluk hidup, air dapat berubah menjadi benda gas, seperti uap dan benda dapat, seperti es, dan bumi ini juga berada di atas air. Sedangkan Heraklitos mempunyai kesimpulan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api. Api adalah unsur yang paling asasi dalam alam karena api dapat mengeraskan adonan roti dan di sisi lain dapat melunakkan es. Artinya, api adalah aktor pengubah dalam alam ini, sehingga api pantas dianggap sebagai simbol perubahan itu sendiri.
Pythagoras (580-500 SM) berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama dari alam dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur bilangan merupakan juga unsur yang terdapat dalam segala sesuatu. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan tidak terbatas.
Filosof alam ternyata tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan, sehingga timbullah kaum “sofis”. Kaum sofis ini memulai kajian tentang manusia dan menyatakan bahwa ini memulai kajian tentang manusia dan menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran. Tokoh utamanya adalah Protagoras (481-411SM). Ia menyatakan bahwa “manusia” adalah ukuran kebenaran. Ilmu juga mendapat ruang yang sangat kondusif dalam pemikiran kaum sofis karena mereka memberi ruang untuk berspekulasi dan sekaligus merelatifkan teori ilmu, sehingga muncul sintesa baru.
Socrates, Plato, dan Aristoteles menolak relativisme kaum sofis. Menurut mereka, ada kebenaran obyektif yang bergantung kepada manusia. Periode setelah Socrates disebut dengan zaman keemasan filsafat Yunani karena pada zaman ini kajian-kajian yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid Socrates. Menurutnya, kebenaran umum itu ada bukan dibuat-buat bahkan sudah ada di alam idea.
Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia murid Plato, berhasil menemukan pemecahan persoalanpersoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme. Pada dasarnya silogisme terdiri dari tiga premis:
- Semua manusia akan mati (premis mayor).
- Socrates seorang manusia (premis minor).
- Socrates akan mati (konklusi).
Aristoteles dianggap bapak ilmu karena dia mampu meletakkan dasar-dasar dan metode ilmiah secara sistematis.


Prosedur Ilmiah
Ada beberapa prosedur untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Prosedur yang benar dalam penalaran untuk mendapatkan ilmu itulah yang disebut prosedur ilmiah. Ada beberapa prosedur ilmiah yang  mencakup tujuh langkah, yaitu :
1. Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang bertentangan ataukabur yang menghasilkan penyelidikan
2.  Menyatakan masalah dalam istilah-istilah yang spesifik
3.  Merumuskan suatu hipotesis
4.  Merancang suatu metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan pengamatan atau percobaan
5. Menumpulkan dan mencatat data kasar agar mempunyai suatu pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan
6.  Melakukan penegasan yang dapat dipertanggungjawabkan
7.  Melakukan penegasan terhadap apa yang disebut metode ilmiah.

Aspek pendukung metode berpikir Ilmiah
Selain prosedur berpikir ilmiah terdapat hal-hal lain yang juga berperan penting dalam mendukung metode berpikir ilmiah. Archi J. Bahm menyatakan bahwa aspek-aspek itu adalah :
1. Masalah. Masalah akan menentukan ada atau tidak adanya ilmu, tidak ada masalah maka tidak ada ilmu, dan masalah juga sebagai langkah pertama dalam satu penelitian ilmiah. sesuatu dianggap masalah jika terjadi pertentangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya (das solen) dengan kenyataan (das sain).
2. Sikap ilmiah, sikap ilmiah memiliki enam karakteristik, yaitu
a. Rasa ingin tahu (Scientific curiosity). Rasa ingin tahu ditujukan untuk memahami keberadaan, hakekat, fungsi hal tertentu dan hubungannya dengan hal-hal lain, ada rasa ingin tahu yang menjadi pemicu munculnya pertanyaan serta dilakukannya penyelidikan, pemeriksaan, penjelajahan, percobaan dalam rangka mencapai pemahaman.
b. Spekulatif. Merupakan sikap ilmiah yang diperlukan untuk mengajukan hipotesis-hipotesis (bersifat deduktif) untuk mencari solusi permasalahan
c. Objekiif. Dimaknai dengan sikap yang selalu sedia untuk mengakui subjektivitas (bersifat relative) terhadap apa yang dianggap benar
d. Keterbukaan. Adalah kesediaan untuk mempertimbangkan semua masukan yang relevan mengenai permasalahan yang dikerjakan
e. Kesediaan untuk menunda penilaian. Tidak memaksakan diri untuk memperoleh jawaban jika penyelidikan belum memperoleh bukti yang diperlukan
f. Tentatif. Artinya tidak bersikap dogmatis terhadap hipotesis maupun simpulan, tetap menyadari bahwa tingkat kepastian pembuktian selalu kurang dari seratus persen dan selalu memungkinkan untuk meninjau kembali terhadap apa yang diyakini benar


Aktivitas ilmiah
Ketika para ilmuwan melakukan riset atau penelitian ilmiah, itulah yang dimaksud dengan aktivitas ilmiah. Walter R. Borg dan Meredith D. Gall, menyebutkan tujuh langkah yang ditempuh seorang peneliti dalam melakukan penelitiannya. Tujuh langkah tersebut adalah:
a. Recognition of the problem (menyusun sesuatu yang disebut sebagai masalah
b. Development of problem in clear, specific terms (melakukan permusan masalah, atau   mendefinisikan masalah kedalam bentuk operasional
c. Development of hyphoteses (menyusun hipotesis/dugaan sementara)
d. Development of techniques and measuring instrument that will provide objective date pertinent to the hyphoteses (menetapkan teknik dan menyusun instrument penelitian)
e. Collection of date (mengumpulkan data yang diperlukan)
f. Analysis of date (melakukan analisis terhadap data yang terkumpul)
g. Drawing conclusions retative fo the hypotheses base upon the date (menggambarkan kesimpulan yang berhasil dipecahkan dari masalah yang diangkat dengan metode yang digunakan).

Penelitian merupakan pencerminan secara kongkret kegiatan ilmu dalam memproses pengetahuannya. Struktur berpikir yang melatar belakangi langkah-langkah dalam penelitian ilmiah adalah metode keilmuan. Dengan demikian maka penguasaan metode ilmiah merupakan persyaratan untuk dapat memahami jalan pikiran yang terdapat dalam langkah-langkah penelitian.
Penelitian merupakan activitas penyelesaian sesuatu yang dianggap sebagai masalah yang bertujuan untuk menemukan jawaban dari persoalan yang signifikan melalui penerapan prosedur-prosedur ilmiah. penelitian terhadap ilmu tidaklah ditentukan oleh keahlian teorinya sepanjang zaman melainkan terletak dalam kemampuan memberikan jawaban terhadap permasalahan manusia dalam tahap peradaban terentu. Merupakan fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa pada kurun masa kini kita mempergunakan berbagai kemudahan dan fasilitas yang dikembangkan oleh ilmu dan tekonologi, umpamanya sarana komunikasi, transportasi, kemudahan tersebut dikembangkan berdasarkan pengetahuan ilmiah yang kebenarannya diakui pada masa kini. Dan dikemudian hari mungkin saja harus diciptakan sarana komunikasi dan transportasi lain yang memerlukan teori Sain pula untuk mengembangkannya.


Sarana Ilmiah
Dalam berpikir untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah, tentu tidak terlepas dari alat atau sarana ilmiah. Sarana ilmiah dimaksud meliputi beberapa hal yaitu bahasa, matematika, statistika, dan logika. Hal ini mempunyai peranan sangat mendasar bagi manusia dalam proses berpikir dan mengkomunikasikan maupun mendokumentasikan jalan pikiran manusia.
Bahasa merupakan suatu sistem yang berstruktur dari simbol simbol bunyi arbitrer (bermakna) yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain. Unsur-unsur yang terdapat di dalamnya meliputi: simbol-simbol vokal arbitrer, suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer dan yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain. Bahasa berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif. Hal ini disebut bahasa ilmiah, tentu beda dengan bahasa agama yaitu kalam ilahi yang terabadikan ke dalam kitab suci dan ungkapan serta perilaku keagamaan dari suatu kelompok sosial.
Matematika sebagai bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Fungsi matematika hampir sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Matematika merupakan ilmu deduktif yang memiliki kontribusi dalam perkembangan ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Statistik mengandung arti kumpulan data yang berbentuk angkaangka (data kuantitatif). Penelitian untuk mencari ilmu (penelitian ilmiah), baik berupa survei atau eksperimen, dilakukan lebih cermat dan teliti dengan menggunakan teknik-teknik statistik. Statistik mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif, jadi bahasa, matematika, statistik memiliki peranan yang sangat mendasar dalam berpikir logika dan tidak dapat terlepas satu sama lain dalam berbagai bidang aspek kehidupan ilmiah manusia. Logika merupakan sarana berpikir sistematis, valid, cepat, dan tepat serta dapat dipertanggungjawabkan dalam berpikir logis dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu seperti: mencintai kebenaran, mengetahui apa yang sedang dikerjakan dan apa yang sedang dikatakan, membuat perbedaan dan pembagian, mencintai defenisi yang tepat, dan mengetahui mengapa begitu kesimpulan kita serta menghindari kesalahan-kesalahan.


DAFTAR PUSTAKA
  1. Daldjoeni, N., “Hubungan etika dengan Ilmu”, Ilmu dalam perspektif. Jujun S. Suriasumantri, Jakarta: Gramedia, 1978.
  2. “Ilmuwan dan Tanggung Jawab sosial”. Pustaka. No.3 Tahun III,1979
  3. Suriasumantri, S. Jujun. Filsafat Ilmu. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta, 1999.
  4. Beberapa sumber dari internet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar