Powered By Blogger

Selasa, 28 Desember 2010

PENGERTIAN STRATEGI

     Strategi menurut James Brian Quinn (1980) merupakan pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan tujuan utama, kebijakan kebijakan, urutan urutan aksi ke dalam keseluruhan yang saling terkait.
     Beberapa formula strategi:
  • Menetapkan arah strategi, yaitu menentukan arah strategi organisasi (strategic direction) meliputi visi, misi    dan nilai nilai yang dikembangkan dalam organisasi.
  • Identifikasi lingkungan dan analisis SWOT. Yaitu perencanaan perlu mengidentifikasikan faktor faktor lingkungan bisnis yang relevan dengan kondisi perusahaan saat ini dan melakukan analisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dalam lingkungan bisnis (analisis SWOT)
  • Merumuskan tujuan strategi, yaitu dengan mengetahui secara jelas arah strategi organisasi, pada fase ini rumusan visi, misi dan tujuan itu diterjemahkan ke dalam tujuan tujuan strategi yaitu tujuan yang dirumuskan pada tingkat korporat atau pada level puncak dalam hierarki managerial.
  • Mengembangkan alternatif strategi, yaitu alternatif alternatif strategi harus dikembangkan untuk kemudian dipilih alternatif yang paling mungkin berhasil mencapai tujuan strategi yang ditetapkan.
  • Memilih strategi, yaitu strategi bisnis yang dirancang masih dalam tatanan konseptual yang dirumuskan oleh manager puncak melalui proses pengambilan keputusan yang rasional. 
Strategi yang tepat tidak mudah ditentukan karena masih harus diuji dalam implementasinya. Jika dalam implementasinya terdapat keadaan keadaan yang tidak terduga sehingga strategi yang diterapkan menjadi kurang efektif dalam pencapaiannya maka strategi harus direvisi.

MENGGALI AKAR KEMISKINAN


 MENGGALI AKAR KEMISKINAN


Senin, 27 Desember 2010

PATOLOGIS PELAYANAN PUBLIK

Kondisi Patologis Pelayanan Publik

            Sejumlah penelitian di beberapa daerah menemukan tingginya tingkat penolakan aparat untuk memberi layanan dengan alasan kurangnya alasan administratif, sedang keluhan yang diterima aparat hanya ditampung (Suryadi, 2010). Penelitian mengenai perilaku polantas dalam pelayanan pendaftaran kendaraan bermotor di Samsat jakarta menemukan adanya dua pola perilaku pelayanan yaitu pola perilaku prosedural dan pola perilaku diluar prosedural seperti toleran, saling menguntungkan, diskriminatif dan penghindaran. Sementara itu, penelitian Teruna mengidentifikasikan bentuk bentuk patologis seperti: Intimidasi, arogan, diskriminatif, minta komisi, ingin mudah. Sementara itu dalam penelitian Rohma(2007: 281) menemukan perilaku patologis seperti tidak responsif, superior, tidak demokratis dan diskriminatif. Hasniati (2007: 275) menemukan bentuk bentuk patologis seperti: aji mumpung, superior, pengabaian, sebagai calo, suap, diskriminatif. Sementara ituPenelitian Rendra (2010: 150) yang meneliti implementasi E-Government pada Pemda Sragen menghasilkan hal yang berbeda, dengan adanya E-Government menghasilkan peningkatan kualitas pelayanan publik diberbagai urusan, dalam bentuk percepatan waktu yang diperlukan, kemudahan dan transparansi prosedur, penurunan biaya, kenyamanan biaya.
            Pelayanan publik diberbagai daerah dari hasil berbagai penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, ada beberapa tempat dimana patologi pelayanan begitu parah dan tidak mudah untuk diperbaiki, sementara ada juga berbagai tempat yang menunjukkan kemajuan dalam bidang pelayanan dimana pelayanan semakin meningkat dalam perspektif semakin murah, semakin cepat, semakin berkwalitas dan semakin demokratis. 
            Tuntutan masyarakat terhadap perbaikan pelayanan publik yang prima, bukan hanya sekedar sebagai hak warga negara tetapi sudah menjadi kewajiban Negara untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakatnya. Reformasi dan otonomi daerah salah satu pemicu dari upaya upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik diberbagai daerah. Beberapa daerah mengadakan berbagai program seperti E-Government di Sragen, Debirokratisasi dengan mengadakan penyederhanaan protap dan penguatan kelembangaan di Pemkot Malang (Purwanto, 2004: 121) dan beberapa daerah lain yang mengadakan pelayanan terpadu satu pintu adalah beberapa bentuk usaha untuk meningkatkan pelayanan publik. Upaya perubahan diberbagai jenis pelayanan publik tersebut merupakan usaha bagaimana patologi pelayanan yang tidak baik menjadi lebih baik agar sesuai dengan hak warga negara dan kwajiban negara untuk memberikan pelayanan publik yang berkwalitas.

Motif Perilaku Pemberi Layanan
            Pada dasarnya setiap tindakan seseorang yang dilakukan secara sadar dapat dipastikan dilandasi motif motif tertentu. Motif dapat timbul dari dalam diri manusia karena ada kebutuhan dasar manusia yang bersifat universal. Motif dapat pula berupa dorongan dari luar. Menurut Moenir (2000: 17) rangsangan dari luar dalam bentuk benda atau bukan benda yang dapat menimbulkan dorongan pada orang untuk memiliki, menikmati atau mencapai benda/ bukan benda tersebut disebut motivasi, sedangkan benda atau bukan benda yang bersifat merangsang tersebut disebut motivator.
            Ada dua faktor penting yang mempengaruhi kekuatan motif, yaitu pengharapan dan ketersediaan (Hersey dan Blanchard, 1992:217). Pengharapan adalah peluang, menurut persepsi individu, untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu berdasarkan pengalaman pengalaman masa lampau, sedangkan ketersediaan adalah keterbatasan – keterbatasan lingkungan sebagaimana dipersepsikan oleh individu – individu tersebut. Pengharapan cenderung mempengaruhi motif atau kebutuhan dan ketersediaan cenderung mempengaruhi persepsi tentang tujuan. Motif atau kebutuhan individu diarahkan kepada tujuan. Tujuan diinterpretasikan oleh individu dalam hubungannya dengan ketersediaannya. Apakah tersedia atau tidak tersedia di dalam lingkungannya, yang hal ini mempengaruhi pengharapannya, jika pengharapan tinggi, kekuatan motif akan meningkat. Dengan demikian akan terjadi siklus hubungan antara motif dengan pengharapan, dan tujuan dan perilaku dalam suatu sistem bermotivasi.
            Dalam kasus seseorang dalam memberikan pelayanan yang baik, bisa saja didasari oleh berbagai motif. Birokrat yang melakukan pelayanan yang baik bisa saja dimotifasi karena nilai nilai idealisme, bisa juga karena ingin dinilai baik oleh pimpinan, bisa juga karena tekanan dari masyarakat. Ketiga motif ini bisa berdiri sendiri sendiri, atau juga sebagai kesatuan motifasi.  Perilaku yang berbeda beda mungkin merupakan cermin dari kebutuhan yang sama. Contoh, seorang birikrat yang memiliki kebutuhan yang sama, bisa melakukan dengan cara yang berbeda untuk mencapai tujuannya. Birokrat yang satu mungkin melakukan pelayanan yang terbaik untuk mendapatkan tambahan dari orang yang dilayaninya, tapi birokrat yang satu mungkin justru mempersulit pelayanan agar supaya orang yang dilayani memberikan sogokan agar pelayanannya dipermudah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tindakan tindakan yang berbeda beda mungkin bisa dilatarbelakangi karena kebutuhan yang sama.
            Secara umum dapat digambarkan motif perilaku birokrasi pemberi pelayanan ada beberapa motif yang mendasar yaitu, motif untuk mendapatkan tambahan penghasilan, motif berprestasi dan motif karena pengabdian.
                       
Perilaku Pemberian Pelayanan
            Dalam prakteknya ditemukan  pemberian pelayanan yang diskriminatif. Masyarakat telah dipilah pilah kedalam kelompok yang berbeda beda dan mendapat perlakuan yang berbeda beda pula. Urusan yang ditangani juga dibedakan, antara urusan besar dan urusan kecil yang berimplikasi pada pemberian pelayanan.
            Ada beberapa bentuk perilaku pemberian pelayanan, Pemberian pelayanan istimewa, pelayanan istimewa ini diberikan kepada kelompok masyarakat yang berkuasa, yaitu memiliki posisi berpengaruh dalam pemerintahan baik yang ada didalam maupun di luar birokrasi. Pemberian pelayanan khusus, pelayanan ini diberikan terutama untuk urusan yang dipandang besar, khususnya kepada publik yang memiliki kemampuan finansial cukup besar, atau orang orang kaya dengan prinsip tidak memaksa dan tidak melanggar aturan. Pemberian pelayanan prima, jenis ini khususnya untuk pelayanan pelayanan yang dipandang sebagai urusan yang sederhana, atau urusan yang menyangkut kepentingan umum, urusan yang dapat ditangani sendiri oleh Dinas Perijinan.

Kesimpulan
            Pelayanan yang baik harus didasarkan pada standar yang jelas. Standarisasi tersebut bisa berupa kepastian waktu pelayanan, kepastian biaya pelayanan, kepastian tempat pelayanan dan tidak adanya diskriminasi dalam pelayanan publik. Dengan standarisasi yang jelas maka motif motif dari perilaku birokrasi yang tidak benar tereduksi dengan adanya standar yang jelas tersebut. Standarisasi pelayanan bisa dijadikan pedoman apakah seorang pelayan publik tersebut melayani sesuai dengan standart, di bawah standart atau di atas standart. Bagi pelayan publik yang melakukan pelayanan diatas standar yang telah ditentukan, maka dia akan mendapatkan reward atau hadiah, tetapi bagi pelayan publik yang melakukan pelayanan di bawah standart dia akan mendapatkan punishment atau hukuman karena pelayanan yang tidak baik tersebut.
            Orang yang memiliki motif yang sama, mungkin sekali melakukan tindakan yang sangat berbeda. Oleh sebab itu motif untuk berprestasi merupakan salah satu motif yang harus direpresentasikan kedalam motif perilaku birokrasi. Motif berprestasi ini akan menciptakan demokratisasi dalam pelayanan, karena tidak membedakan siapa yang dilayani, urusan yang dilayani besar atau kecil, semua dilayani sesuai dengan standart yang telah ditetapkan.
           

MASALAH

         Masalah secara sederhana sering diterjemahkan sebagai suatu kejadian yang mempunyai akibat negatif pada kehidupan manusia. Masalah dibedakan dalam beberapa bentuk, masalah pribadi, masalah kelompok, masalah publik. Masalah pribadi berimplementasi langsung kepada persoalan individu, masalah kelompok berimplementasi pada persoalan kelompok. Masalah publik adalah masalah yang menyangkut kepentingan orang banyak yang terkadang memerlukan campurtangan oleh anggota masyarakat atau campur tangan pemerintah.
           Sekarang ini sulit untuk dibedakan apakah masalah itu pada domain individu, kelompok atau publik. Masalah individu bisa saja menjadi masalah kelompok, demikian juga masalah individu bisa saja menjadi masalah publik.
           Ada tiga bentuk kejadian Pada proses interaksi sosial, bisa berbentuk kerjasama (Cooperation), bisa berbentuk persaingan (competition) dan bisa juga berbentuk conflik. Pada proses interaksi sosial tersebut timbullah suatu kejadian. Kejadian itu bisa berbentuk kejadian biasa maupun kejadian yang menimbulkan masalah. Pada kejadian yang menimbulkan masalah, disinilah muncul kejadian yang berbentuk masalah pribadi, masalah kelompok atau masalah publik.
            Masalah individu bisa menjadi masalah kelompok, misalnya kita berperilaku yang semena mena dalam komunitas kelompok tertentu. Tindakan semena mena kita tersebut sangat mungkin sekali menimbulkan ketidak harmonisan pada kelompok tersebut. Sehingga tidakan pribadi kita bukan lagi menjadi persoalan pribadi kita tetapi sudah menjadi persoalan kelompok dimana kita berinteraksi.
          Masalah individu bisa menjadi masalah publik, misalnya penganguran, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Masalah penganguran misalnya secara langsung maupun tidak langsung akan berimplementasi pada perilaku dan tindakan individu. Multiefek dari perilaku penganguran (Jobless) ini yang akan menimbulkan masalah. Masalah yang ditimbulkanya bukan lagi masalah pribadi tetapi efeknya bisa menjadi masalah publik. Apa lagi jika penganguran itu dalam jumlah yang banyak, tentu saja multiplayer efeknya juga akan luar biasa.
         Masalah publik dapat kita kelompokkan ke dalam masalah yang strategis dan masalah yang tidak strategis. Masalah dianggap tidak strategis kalau jangka waktunya panjang sedangkan wawasan dan atau cakupannya sempit. Begitu pula sebaliknya, sekalipun liputan masalahnya luas dan jangka waktunya panjang tetapi konsekwensi kegagalannya besar tidak pula dapat dianggap masalah strategis.
      Masalah strategis paling tidak memenuhi syarat sebagai berikut; Pertama Luas cakupannya, artinya,wawasan cakupannya tidak hanya meliputi satu sektor atau suatu wilayah saja, tetapi meliputi beberapa sektor/ wilayah. Kedua jangka waktunya panjang, yaitu penyelesaian masalah memerlukan waktu yang panjang dan dampak yang ditimbulkannya mempunyai akibat yang jauh kedepan. Contoh: masalah pendidikan yang mempunyai akibat sepanjang hidup seseorang. Ketiga mempunyai keterkaitan yang luas, yaitu substansi permasalahan dan cara penyelesaiannya menyangkut banyak pihak dalam masyarakat. Ke empat mengandung resiko dan kemungkinan keuntungan yang besar. Rugi yang ditimbulkan ataupun hasil yang diperoleh dari penanganan masalah tersebut cukup besar, baik dalam nilai uang maupun dalam nilai sosial lainnya yang tidak dapat dihitung dengan nilai uang (non-monetized values).
       Beberapa hal yang menyebabkan kesulitan memahami masalah strategis, pertama adanya keterkaitan yang luas (interdependency) antar aspek dalam masyarakat. Misalnya: bagaimana meningkatkan taraf hidup petani melalui tingkat pendapatan. Kedua adanya sikap subyektifitas dalam melihat permasalahan publik. Setiap orang mempunyai persepsi sendiri, yang mungkin berbeda dengan persepsi orang lain dalam melihat suatu permasalahan, tergantung latar belakan pendidikan, pengalaman dan posisi pribadi masing masing. Ketiga mode atau selera, dalam ekonomi faktor selera menjadi suatu yang dipertimbangkan dalam menghitung pengaruh perubahan harga pada permintaan. Selera dapat dipengaruhi oleh iklan dan propaganda. Contoh; Negara negara berkembang cenderung mengikuti "mode" negara negara yang sudah maju baik sekala regional maupun internasional. Ke empat adanya Multi demensi permasalahan, suatu masalah menjadi sulit dirumuskan karena mencakup lebih dari satu dimensi. Contoh; Kriminalitas adalah masalah publik, tapi mana yang tergolong kriminalitas? Terdapat perbedaan rumusan antara satu orang dengan orang lainnya. Masalah korupsi gratifikasi? masalah rekresi Kapolri? masalah keamanan? masalah agama?

Minggu, 26 Desember 2010

KERJA ITU INDAH

Seseorang dinilai dari apa yang dikerjakannya. Semakin baik dan berguna sesuatu yang dia kerjakan semakin menunjukkan seberapa kwalitas dirinya. Kwalitas pekerjaan kita menunjukkan siapa sebenarnya kita.Tanpa kita sadari sebenarnya kita selalu dinilai dengan hasil kerja kita. Kenapa kerja itu indah?, kenapa kerja itu bernilai?, dan kenapa kita harus bekerja?

Pertanyaan pertanyaan seperti di atas bukan suatu pertanyaan yang mudah untuk dijawab. Secara sederhana bekerja itu dikatakan indah karena dengan kerja kita akan menghasilkan sesuatu. Dengan kerja kita bisa menciptakan sesuatu, merubah sesuatu, mengaktualisasikan sesuatu menjadi bernilai. Nilai nilai inilah yang bisa merepresentasikan keindahan.

Terkadang kerja dimotifasikan untuk mendapatkan sesuatu, kerja juga menunjukkan status kedudukan dalam konteks strata sosial masyarakat. Indahnya dimana?