Powered By Blogger

Rabu, 07 Desember 2011

KEBERPIHAKAN INTELEKTUAL


Intelektual Seharusnya Berpihak

Penulis
Totok Budiantoro,S.Sos

            Kedudukan intelektual sebagai individu dan intelektual sebagai anggota masyarakat berada dalam satu struktur kesatuan. Dengan demikian dapat dikatakan intelektual adalah makhluk individu yang memasyarakat sekaligus makhluk sosial yang mengindividu. Menurut Soetriono (2007), Dalam diri pribadi setiap individu  itu ada kesadaran, pertama sadar akan dirinya sebagai pribadi  ciptaan Sang Pencipta yang menjadikan kehidupannya bergantung sepenuhnya kepada orang lain (Sampai taraf tertentu), kedua sadar akan dirinya yang juga memiliki potensi untuk hidup di atas otonomi dan kebebasannya.
            Intelektual sebagai individu, sama artinya intelektual sebagai manusia yang memiliki ciri istimewa, yaitu kemampuan berfikir yang ada dalam satu struktur dengan perasaan dan kehendaknya (Sehingga sering disebut sebagai makhluk yang berkesadaran). Aristoteles memberikan identitas sebagai animal rationale.
            Seorang intelektual seharusnya tidak akan pernah puas mengenal ilmu hanya dari sisi pandang ilmu itu sendiri. Intelektual harus melihat hakekat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya. Apa kaitan ilmu dengan moral, dengan agama dan apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada masyarakat dan lingkungannya.
           
Perbedaan Paradigma
            Paradigma sering diartikan sebagai kerangka referensi atau pandangan yang menjadi dasar keyakinan. Manusia intelektual untuk mengetahui ilmu pengetahuan, tidak perduli apakah ilmu pengetahuan itu berguna untuk dirinya atau tidak, sejarah telah membuktikan bahwa ada sekelompok manusia yang berusaha sekuat tenaga untuk mengetahui sebab yang mendalam atas suatu obyek.
            Pada dasarnya tidak ada suatu pandangan atau teori yang bersifat netral dan obyektif, melainkan salah satunya sangat bergantung pada paradigma yang mendasarinya. Oleh karena itu jika dua orang melihat suatu relaitas sosial yang sama, akan menghasilkan pandangan berbeda, menjatuhkan penilaian dan sikap berbeda pula karena paradigma yang berbeda pula.
            Dalam pandangan paradigma menurut soetriono (2007), Paradigma postmodernisme tidak memiliki bentuk tubuh yang utuh seperti modernisme, postmodernisme merepresetasikan bersatunya unsur – unsur dari orientasi yang berbeda – beda dan bahkan betentangan, dalam melihat ilmu pengetahuan, postmodernisme melihat ilmu pengetahuan bersifat subyektif, ilmu pengetahuan tidak bebas nilai atau terikat pada nilai. Postmodern menolak pandangan realitas yang mengasumsikan adanya kebebasan dari proses mental individu dan komunikasi intersubyektif (Resenau, 1992).
            Sementara paradigma  menurut pandangan modernisme mengklaim bahwa realitas eksternal dapat ditemukan, digambarkan dan dipahami, fakta yang mengatakan modernisme dapat menemukan realitas sebenarnya didasarkan pada pandangan realisme, realisme meyakini realitas sebagai dunia nyata yang tersusun atas struktur keras, berwujud dan relatif permanen (Burrel dan Morgan, 1979). Dalam konteks ini modernisme melihat realitas sosial sudah ada sebelum individu masuk, dan ilmu pengetahuan dianggap bebas dari nilai.
                                   
Refleksi Praktis Intelektual dan Realitas Sosial
            Ketika kita melihat bagaimana orang saling membunuh gara – gara berebut uang lima ribu rupiah, itu adalah realitas sosial. Ketika kita melihat bagaimana anggota DPR bagi – bagi duit korupsi milyaran rupiah, itu juga realitas sosial. Ketika orang miskin untuk makan sehari – hari saja kesulitan, sementara sikaya menghamburkan jutaan rupiah untuk sekali makan, Itu juga realitas sosial. Secara sederhana realitas sosial dapat kita terjemahkan sebagai kenyataan-kenyataan social budaya di sekitar lingkungan masyarakat tertentu.
            Tugas utama intelektual sebagai anggota masyarakat pada dasarnya tidak sekedar memberi makna terhadap suatu realitas sosial sehingga memungkinkan lahirnya kesadaran dan pemahaman terhadap suatu realitas sosial, akan tetapi tugas intelektual harus mampu mengubah realitas sosial yang dianggap bermasalah dan tidak adil, menjadi realitas yang benar dan adil. Meskipun hal tersebut tidak mudah karena mengharuskan intelektual terjun langsung pada tataran praktek perjuangan lapangan (pengabdian) di masyarakat.
            Bagi seorang intelektual, dengan penelitian – penelitian yang telah dilakukan dan beberapa teori yang dia ketahui dan hafalkan seharusnya tidak berhenti pada sekedar pemahaman teoritis, tetapi bagaimana dengan pengetahuan yang dia miliki mampu merubah atau minimal mewarnai pada realitas yang sesungguhnya terjadi dimasyarakat dan menjadikannya benar dan adil.
            Ketika para intelektual mengetahui terjadi realitas sosial tentang ketidakadilan di masyarakat, intelektual seharusnya tidak berhenti sebatas tahu bahwa ada ketidakadilan dimasyarakat, tetapi dengan ilmunya intelektual harus berusaha merubahnya dengan intelektual yang dimilikinya. Ketika terjadi ketimpangan ekonomi yang mencolok antara sikaya dan simiskin di negara ini, seharusnya intelektual juga berjuang mengatasinya dengan ilmu yang dimilikinya.
            Dalam persaingan antar negara yang sangat kompetitif sekarang ini bukan saatnya lagi bila intelektual mengatakan bahwa tugas intelektual sekedar  memahami realitas sosial dimasyarakat, sedangkan tugas untuk memperbaiki realitas sosial yang tidak benar ini adalah tanggung jawab pemerintah, tanggung jawab swasta, tanggung jawab mereka mereka yang terjun langsung pada tataran praktisi di masyarakat. Jangan – jangan alasan ketidak berpihakan intelektual kepada perbaikan realitas sosial hanyalah ketidak mampuan, ketidak beranian atau karena kemapanan sosial (Status sosial), berdiri di atas menara gading kepongahan intelektual. Yang jelas bangsa ini butuh intelektual, butuh aku, kamu dan kita semua untuk berjuang!.

  

1 komentar:

  1. Emang bener, Bang.
    Kekayaan Intelektual itu harus juga diimbangi dengan KEPEKAAN Sosial. Biar nyambung.
    Sekalian salam kenal dari Blogger Banyuwangi juga.
    Ditunggu kunjungan baliknya ya.
    Tengkyu.
    Klik: DISINI

    BalasHapus