Powered By Blogger

Rabu, 07 Desember 2011

GAGALNYA REFORMASI


Reformasi: Revolusi Sosial yang Gagal di Indonesia?


Penulis:
Totok Budiantoro,S.Sos

            Ketika reformasi digulirkan tahun 1998-an di Indonesia, banyak harapan-harapan  tentang kebebasan bangsa dan negara dari kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN). Tapi apa yang terjadi setelah reformasi digerakkan, kemerdekaan bangsa dan Negara dari belenggu KKN bukannya bertambah baik tetapi semakin bertambah memprihatinkan. Secara sederhana indikasi ini dapat kita lihat dari beberapa survey dan penelitian lima tahun terakhir yang menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat terburuk di Asia dalam penegakan hukum (Surya, 2005), daya saing global Indonesia yang menduduki peringkat 56 kalah jauh dibandingkan Negara Asean lain seperti Malaysia yang menduduki peringkat 28 dan Singapura yang menduduki peringkat 3 Dunia (Jawa pos, 2005), tingkat indeks korupsi di Indonesia yang menunjukkan terburuk di Asia dan beberapa prestasi kegagalan lain tentang arti bangsa dan Negara yang sejahtera (walfare state).
            Di bidang politik, beberapa catatan suram juga banyak dijumpai dalam lembaran sejarah  setelah reformasi digulirkan. Jumlah partai yang banyak setelah reformasi merupakan konsekwensi harga demokrasi yang harus dibayar mahal oleh bangsa ini. Mahal dalam arti materi dalam pembiayaan penyelenggaraannya oleh keuangan Negara, juga mahal dalam arti energi yang harus ditumpahkan oleh anak bangsa dalam menjalankannya. Meskipun demokrasi yang dihasilkan masih dalam bentuk demokrasi  instrumental belum menunjukkan demokrasi yang substansial. Dan masih banyak lagi cerita suram sepanjang awal tahun ini dengan kebohongan di KPU, kebohongan di Mahkamah konstitusi yang notabene adalah lembaga tinggi negara yang seharusnya jauh dari bau – bau busuk tentang kebohongan publik. Belum lagi jambu (janji – janji busuk), meminjam istilah sebuah lagu populer, dari para wakil rakyat terhadap janji – janji sebelum kampanye dan kenyataan setelah terpilih jadi wakil rakyat baik di Pilpres, Pilgub, Pilkada maupun pemilihan wakil – wakil dari legeslatif.
            Kegagalan itu semakin memiriskan ketika kita melihat bagaimana jumlah penganguran di Indonesia yang semakin banyak, terorisme yang semakin merajalela, pelayanan publik yang dari tahun ketahun tidak menunjukkan perubahan yang semakin baik, dan masih banyak catatan suram di negeri ini raport merah setelah reformasi digulirkan.
            Sekarang pertanyaannya kita sebagai anak bangsa, apakah reformasi kita sudah benar – benar gagal, apakah reformasi merupakan suatu perubahan yang direncanakan, apakah reformasi merupakan revolusi sosial yang gagal, atau jangan – jangan ini sebuah takdir!

Reformasi: Revolusi sosial
            Revolusi sosial adalah perubahan yang cepat dan mendasar dari masyarakat dan struktur kelas suatu negara. Kalau karl marx menterjemahkan revolusi sosial sebagai motor pengerak sejarah (Theda Skocpol, 1991). Sering terjadi bahwa revolusi sosial merupakan momentum dalam sejarah dunia modern. Theda Skocpol telah mencatat dalam bukunya, istilah revolusi bermula di Perancis 1790-an, kemudian berlanjut sampai di vietnam pada pertengahan abad keduapuluh, dan yang baru baru ini di beberapa negara di kawasan timur tengah, revolusi telah membawa perubahan pada organisasi negara, struktur kelas sosial dan ideologi yang dominan.
            Revolusi telah melahirkan banyak negara yang memiliki kekuasaan dan otonomi yang jauh melebihi kekuasaan dan otonomi mereka sebelum revolusi. Revolusi perancis telah mengubah negara perancis menjadi kekuatan penakluk di Benua Eropa, Revolusi Rusia telah membangkitkan negara Rusia menjadi negara adidaya industri dan militer, Revolusi Meksiko menjadikan negara itu salah satu negara berkekuatan politik dan pasca penjajahan yang maju industrinya dan menjadi negara Amerika latin yang paling jarang mengalami kudeta militer. Dalam catatan Theda Skocpol (1991), beberapa kasus revolusi sosial telah memunculkan model – model dan cita – cita yang mempunyai dampak dan daya tarik internasional yang sangat besar, khususnya apabila negara yang mengalami perubahan itu mempunyai kekuatan besar yang secara geopolitik penting, aktual atau potensial.
            Setelah revolusi Perancis, angkatan bersenjata Perancis yang patriotik menguasai sebagian besar daratan Eropa. Demikian juga Revolusi Rusia telah membuat negara kapitalis barat tercengang dan menjadi motivator ambisi bangsa – bangsa yang sedang tumbuh dengan cara menunjukkan bahwa suatu kekuatan negara revolusioner dapat merubah negara pertanian yang terbelakang  menjadi negara yang kekuatan industri dan militernya ditakuti dunia.
            Revolusi kemerdekaan Republik Indonesia, walaupun revolusi kemerdekan Republik Indonesia tahun 1945 tidak sampai menjadi kekuatan yang seperti negara perancis yang menguasai negara – negara sekitarnya, atau seperti negara Rusia yang menjadi negara dengan kekuatan militer yang ditakuti oleh bangsa – bangsa di dunia, setidaknya revolusi kemerdekan Republik Indonesia telah menginspirasi beberapa di kawasan Asia dan Afrika, pasca kemerdekaan sempat Indonesia disegani oleh beberapa Negara Di dunia. Bahkan menjadi salah satu pemimpin dalam usaha kemerdekaan bangsa – bangsa di Asia dan Afrika.
            Reformasi Indonesia sebagai revolusi sosial, apa yang terjadi dengan Negara Indonesia setelah terjadi Reformasi, apakah menjadi negara yang semakin meluas dan kuat, apakah revormasi menjadikan negara Republik Indonesia semakin dikdaya secara militer dan industri, apakah reformasi menjadikan negara semakin disegani oleh negara lain, apakah reformasi menjadikan negara ini menjadi inspirasi kebebasan dari kemiskinan dan keadilan bagi bangsa lain, apakah justru reformasi menjadikan kehancuran dan malapetaka bagi bangsa dan negara ini.
            Jangan – jangan reformasi kita sudah tidak benar lagi, yang justru menjadikan negara tidak semakin meluas malahan semakin menyempit seperti lepasnya Timor timur dan beberapa pulau di Indonesaia ke negara lain, Justru reformasi menjadikan bangsa kita tidak digdaya di bidang militer dan industri, anggaran militer semakin minim dan banyak industri yang pindah ke negara lain, jangan – jangan reformasi justru menjadikan bangsa ini tidak dihormati oleh bangsa lain seperti kasus TKI di Malaysia dan Arab saudi, jangan – jangan dengan reformasi yang kita lakukan menjadikan kita tambah miskin, tidak adil dan tidak berdaya?
            Pertanyaan – pertanyaan yang suram dan mengugat seperti tersebut diatas mahu tidak mahu harus kita pertanyakan ulang meskipun menyakitkan. Bangsa dan negara ini harus menata ulang tujuan dan buah yang dihasilkan dari reformasi yang terjadi. Jangan sampai reformasi sebagai perubahan sosial budaya tidak menuju kepada kesejahteraan tetapi malah menuju kehancuran yang mengenaskan dan mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar