Powered By Blogger

Sabtu, 01 Januari 2011

FILSAFAT

POLA FIKIR FILSAFAT DAN METODOLOGI PENELITIAN

Oleh: Totok Budiantoro


Kesadaran adalah landasan untuk nalar atau berfikir (Soetriono & Rita Hanafie, 2007) Kemampuan berfikir menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan kekuasaan Tuhan. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup ini. Manusia memikirkan hal hal baru, karena manusia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidupnya, namun lebih dari itu. Manusia mengembangkan kebudayaan; manusia memberi makna pada kehidupan; manusia memanusiakan diri dalam hidupnya; semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia itu dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya (Jujun, 1999).
            Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yaitu, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, adalah kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu. Secara garis besar cara berfikir seperti itu disebut penalaran. Dua kelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya yaitu bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar.

Pola fikir filsafat
            Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing masing (Jujun, 1999). Kegiatan penalaran merupakan suatu proses berfikir logis, yaitu sebagai kegiatan berfikir menurut pola tertentu atau logika tertentu. Pola fikir filsafat adalah pola berfikir yang logis dan analisis, artinya pola fikir filsafat merupakan suatu kegiatan analisis yang mengunakan logika ilmiah. Sifat analitis ini, kalau kita kaji lebih jauh merupakan konsekwensi dari adanya pola berfikir tertentu. Pada hakekatnya berfikir analisis merupakan suatu kegiatan berfikir berdasarkan langkah langkah tertentu.
            Pola fikir filsafat untuk menemukan kebenaran pengetahuan pada dasarnya bersumber pada ratio dan fakta. Mereka yang berpendapat rasio adalah sumber kebenaran disebut sebagai paham rasionalisme, sedangkan mereka yang menyatakan fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia sebagai sumber kebenaran disebut kaum empirisme. Penalaran ilmiah merupakan gabungan dari penalaran deduktif (Dari umum ke khusus) dan pahamnya disebut rasionalisme dan penalaran induktif (Dari hal yang khusus ke umum) kaum pemahamnya disebut empirisme.
            Ditinjau dari hakekat usahanya dalam memperoleh kebenaran, kita dapat membedakan dua jenis pengetahuan. Pertama adalah pengetahuan yang didapatkan sebagai hasil usaha yang aktif dari manusia untuk menemukan kebenaran. Bentuk pengetahuan yang kedua adalah kebenaran yang didapat dari usaha yang tidak aktif dari manusia, berupa pengetahuan yang ditawarkan atau diberikan contohnya wahyu yang diberikan Tuhan melalui malaikat dan nabi nabinya (Jujun, 1999).

Pengajuan masalah secara logis dan kronologis
            Filsafat ilmu maupun metodologi penelitian bersifat mengisi dan memperluas cakrawala kognitif tentang apa yang disebut ilmu (Soetriono & Rita Hanafie, 2007). Metodologi penelitian menjelaskan tentang upaya pengembangan ilmu berdasarkan tradisi- tradisinya, yang terdiri dari dua bagian yaitu deduktif maupun induktif.
            Penelitian ilmiah pada hakekatnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan (Jujun,1999). Demikian juga penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Oleh sebab itu mutlak diperlukan penguasaan yang baik mengenai hakekat keilmuan agar dapat melakukan penelitian dan sekaligus mengkomunikasikannya secara tertulis.
            Ada beberapa langkah dalam penulisan ilmiah yang secara logis dan kronologis mencerminkan kerangka pemikiran ilmiah. Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Satu hal yang harus disadari bahwa pada hakikatnya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor faktor lain. Selalu terdapat konstelasi yang merupakan latar belakang dari suatu masalah tertentu. Apakah itu latar belakang ekonomi, sosial, politik, kebudayaan atau faktor faktor lainnya. Secara operasional suatu gejela baru dapat disebut masalah bila gejela itu terdapat dalam suatu situasi tertentu. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi masalah, merupakan tahap permulaan dari penguasaan masalah di mana suatu obyek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah. Dalam kegiatan ilmiah berlaku semacam asas bahwa bukan kuantitas jawabanya yang menentukan mutu keilmuan suatu penelitian melainkan kualitas jawabannya.
            Langkah berikutnya dalam kerangka pemikiran ilmiah adalah memberi pembatasan masalah, merupakan upaya untuk menetapkan batas batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk ke dalam lingkup permasalahan dan faktor mana yang tidak termasuk lingkup permasalahan. Dengan pembatasan pembatasan ini maka fokus masalah menjadi bertambah jelas yang memungkinkan kita untuk merumuskan masalah dengan baik.
            Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan pertanyaan apa saja yang ingin kita carikan jawabannya. Perumusan masalah dijabarkan dari identifikasi dan pembatasan masalah; atau dengan kata lain, perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Tanpa perumusan masalah yang spesifik maka tidak mungkin bagi kita untuk mengidentifikasikan pengetahuan pengetahuan ilmiah yang relevan dalam membangun suatu kerangka pemikiran (Jujun, 1999). Seperti diketahui metode ilmiah mensyaratkan adanya hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi, yang diturunkan secara deduktif dari pengetahuan ilmiah yang telah berhasil dikumpulkan.
            Setelah masalah dirumuskan dengan baik maka seorang peneliti  mengajukan tujuan penelitiannya. Tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Setelah itu dibahas kemungkinan keguanaan penelitian yang merupakan manfaat yang dapat dipetik dari pemecahan masalah yang didapat dari penelitian.
            Setelah masalah berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah berikutnya adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan. Cara ilmiah dalam memecahkan persoalan pada hakekatnya adalah mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar kita mendapatkan jawaban yang dapat diandalkan. Hal ini berarti bahwa dalam menghadapi permasalahan yang diajukan maka kita mempergunakan teori teori ilmiah sebagai alat yang membantu kita dalam menemukan pemecahan.

Metode Penelitian
            Metodologi adalah pengetahuan tentang metode metode, jadi metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian. Setiap penelitian pada dasarnya memiliki metode penelitian masing masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Jujun,1999). Oleh sebab itu maka kegiatan pertama dalam penyusunan metodologi penelitian adalah menyatakan dengan lengkap dan operasional tujuan penelitian yang mencakup bukan saja variabel variabel yang akan diteliti dan karakteristik hubungan yang akan diuji melainkan sekaligus juga tingkat keumuman (level of generality) dari kesimpulan yang akan ditarik seperti tempat, waktu, kelembagaan dan sebagainya.
            Secara ringkas langkah dalam penyusunan metodologi penelitian mencakup kegiatan kegiatan sebagai berikut:
  1. Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang mengidentifikasikan variabel variabel dan karakteristik hubungan yang akan diteliti;
  2. Tempat dan waktu penelitian di mana akan dilakukan generalisasi mengenai variabel-variabel yang diteliti;
  3. Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan dan tingkat generalisasi yang diharapkan;
  4. Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tingkat keumuman dan metode penelitian.
  5. Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variabel yang akan dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrumen dan teknik mendapatkan data.
  6. Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang dipergunakan yang ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis.

DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal, 2005, Filsafat Ilmu, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Fakih, Mansour, 2009, Buntunya Teori Pembangunan dan Globalisasi, INSISTPress, Yogyakarta.
Soetriono & Rita Hanafie, 2007, Filsafat ilmu dan Metodologi Penelitian, Andi,      Yogyakarta.
Suriasumantri, Jujun, 1993, Filsafat ilmu sebuah pengantar Populer, Pustaka Sinar harapan, Jakarta.
Thoha, Mahmud, 2004, Paradigma Baru Ilmu Pengetahuan sosial & Humaniora, TERAJU, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar