Powered By Blogger

Selasa, 28 Desember 2010

MENGGALI AKAR KEMISKINAN


 MENGGALI AKAR KEMISKINAN



            Kemiskinan menjadi persoalan hampir di semua negara yang sedang berkembang. Upaya untuk penanggulangan kemiskinan dalam berbagai pendekatan telah dilakukan baik dari sisi kelembagaan, wilayah, maupun strategi khusus sejak Orde baru sampai sekarang. Ada beberapa program pengentasan kemiskinan seperti Impres Desa Tertinggal, Program Pengembangan Kecamatan, Jaring pengaman sosial telah diimplementasikan oleh pemerintah, terutama Desa sebagai wilayah garapannya. Sebagai alasan bahwa fenomena kemiskinan mudah ditemukan di wilayah pedesaan (Ashley dan Maxwell, 2001: 395). Namum kenyataannya program program pengentasan kemiskinan tersebut belum mampu mengentas kemiskinan sebagaimana yang diharapkan.
            Beberapa kegagalan dalam usaha mengentaskan kemiskinan bersumber dari dua faktor; Pertama pemahaman para pengambil kebijakan mengenai difinisi masalah kemiskinan sebagai semata mata ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan material dasarnya (Mawardi dan Sumartono, 2003:1). Kedua paradigma dan pemahaman yang kurang tepat tentang penyebab kemiskinan. Kemiskinan tidak lagi dipahami sebagai masalah yang dipengaruhi oleh satu faktor tunggal, melainkan multidimensional. Konsekwensinya, pilihan kebijakan pengentasan kemiskinan harus diformulasikan secara komprehensif dan memperhatikan berbagai kaitan antar kebijakan lain yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan (Mawardi dan Sumartono, 2003:1).

Akar Kemiskinan Pada Komunitas Pertanian dan Komunitas Nelayan
            Beberapa masalah mendasar adalah Adanya akar kemiskinan pada komunitas Agraris. Sampai saat ini sektor pertanian masih memegang peranan yang cukup penting dalam struktur perekonomian desa. Dalam identifikasi masalah berdasarkan akar masalah kemiskinan pada komunitas agraris adalah; Adanya Keterbatasan kualitas sumber daya manusia, perhatian masyarakat terhadap pendidikan sangat buruk,  persoalan sebagian besar petani yang mempunyai keterbatasan ekonomi terpaksa meminta anaknya untuk berhenti sekolah untuk ikut membantu orang tuanya.
            Adanya kesulitan melakukan diversifikasi usaha pertanian, kesulitan petani dalam melakukan diversifikasi pertanian sangat tinggi karena kondisi geografis dan ketrampilan yang dimiliki sangat minim. Adanya ketergantungan yang tinggi terhadap pekerjaan petani, ketergantungan masyarakat pada pekerjaan petani sangat tinggi, karena tidak adanya alternatif pekerjaan selain bertani. Masyarakat yang bekerja sebagai petani tidak dapat beralih pada pekerjaan lain karena masalah rendahnya pendidikan dan modal yang mereka miliki.
            Adanya kebijakan pembangunan yang tidak memberdayakan petani, kebijakan pembangunan yang kurang memberdayakan petani khususnya pada subsidi pupuk dan obat yang kurang tepat sasaran. Hal ini dikarenakan petani merasa kesulitan dalam mendapatkan pupuk dan obat yang telah disediakan. Adanya sistem pemasaran hasil pertanian yang menguntungkan satu pihak. Sistem pemasaran yang dilakukan adalah pemasaran hasil panen melalui pedagang perantara atau yang sering mereka sebut sebagai tengkulak. Adanya keterbatasan peluang kerja di sektor non-pertanian, keterbatasan peluang kerja di luar pertanian sangat tinggi. Hal ini diakibatkan keterbatasan pendidikan, ketrampilan dan modal yang mereka miliki. Karena ketrampilan yang dimiliki oleh masyarakat hanya bertani, profesi alternatif pada waktu kemarau yang tersedia hanyalah menjadi kuli bangunan di kota besar.
            Akar Kemiskinan pada komunitas Nelayan umumnya menghadapi persoalan yang hampir sama yaitu nelayan yang bisa bertahan atau meningkat kesejahteraan hidupnya adalah nelayan yang bermodal besar. Jumlah Nelayan yang memiliki kemampuan jelajah penangkapan hingga ke lepas pantai (off-shore) relatif kecil.
            Berikut beberapa akar kemiskinan pada komunitas Nelayan; pertama, Keterbatasan kualitas sumber daya manusia, keterbatasan pendidikan berdampak pada pemahaman teknik penangkapan dan pemanfaatan hasil tangkapan. Nelayan tidak pernah memikirkan dampak di masa yang akan datang bahwa ikan yang di bom atau  di potasium secara alamiah akan merusak ekosistem laut yang berakibat pada hilangnya bibit bibit ikan.
            Keterbatasan modal dan teknologi penangkapan, nelayan dalam memproduksi ikan memerlukan input produksi atau faktor produksi. Kebanyakan nelayan indonesia menjadikan modal sebagai persoalan yang sangat serius. Ketiga tidak adanya deversifikasi usaha penangkapan, kurang adanya hubungan kerja dalam organisasi penangkapan, ketergantungan terhadap okupasi melaut, penggunaan peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan, adanya kerusakan ekosistem, kebijakan pembangunan perikanan dan kelautan yang memihak pada nelayan, sistem pemasaran, penegakan hukum terhadap perusakan lingkungan, keterbatasan peluang kerja diluar bidang nelayan karena keterbatasan sumber daya manusianya. inilah berbagai aspek akar permasalahan kenapa kemiskinan menjadi sulit untuk dipecahkan dalam dunia perikanan.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar